Jumat, 18 Desember 2009

Tahun baru Islam (mulai 1 Syawal aja?)



Oleh : Cecep Maskanul Hakim


Tulisan ini adalah hasil diskusi dengan rekan di komuter Bekasi-Jakarta (nama keren dari KRL alias kereta listrik jurusan Bekasi-Kota). Kejadiannya waktu pulang dari kantor, sambil ngabuburit, alias nunggu waktu puasa. Jadi jangan kaget kalau sedikit nyeleneh.

Selama ini tahun baru Islam dimulai dengan Muharram. Yang berinisiatif menetapkannya adalah Khalifah Umar bin Khattab. Ia menghitung awal tahun baru Islam dimulai pada saat Nabi SAW melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah. Itu sebabnya tahun Islam disebut juga tahun Hijriyyah. Umar juga menggunakan perhitungan bulan, bukan matahari, seperti yang digunakan penguasa Romawi saat itu. Oleh karena itu tahun dengan perhitungan bulan seperti ini disebut juga tahun "Qamariyyah" (dalam bahasa Arab, qamar= bulan).

Yang jadi pertanyaan, apa alasan Umar sehingga menetapkan awal tahun pada bulan Muharram? Benarkah Rasulullah melakukan hijrah pada bulan Muharram? Bukan pada bulan Rabiul Awwal seperti yang diklaim orang? (Ada pendapat yang mengatakan bahwa Rasulullah lahir, hijrah dan meninggal pada bulan Rabiul Awwal).

Merayakan tahun baru pada bulan Muharram terasa tidak mudah. Tidak ada peristiwa penting dalam kehidupan ibadah ummat Islam pada bulan itu, yang bisa diingat dengan mudah. Haji, misalnya, dilakukan pada bulan Zul Hijjah. Puasa dan zakat dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Demikian pula yang bersifat peringatan (festival, commemoration) seperti Iedul Fitri pada bulan Syawwal, peringatan kelahiran Nabi SAW dilaksanakan pada Rabiul Awwal dan peringatan Isra Mi'raj pada bulan Rajab. Bahwa bulan Muharram adalah bulan dimulainya Nabi SAW berangkat untuk hijrah ke Madinah, dan Hijrah merupakan peristiwa besar di zaman beliau, hal itu tidak ada yang meragukan. Tapi berapa banyak orang Muslim yang ingat pada sejarahnya sendiri?

Oleh karena itu ada menariknya usulan untuk mengganti perayaan tahun baru Islam dari Muharram menjadi 1 Syawwal. Alasannya:

  1. Ummat Islam berhak merayakan keberhasilannya dalam melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh. Menurut hadits Nabi, kaum muslimin keluar dari Ramadhan seperti keluarnya seorang bayi dari perut ibunya, yaitu kiasan dari kebersihan dari dosa-dosanya
  2. Zakat (fitrah dan mal) dibayar pada bulan Ramadhan. Dengan demikian harta juga telah dibersihkan.
  3. Bulan Ramadhan karenanya merupakan bulan perhitungan bagi dosa-dosa yang perlu dibersihkan dan harta-harta yang perlu disisihkan sehingga bulan berikutnya mereka memulai dengan neraca yang baru.
  4. Pada saat ini mereka berhak diingatkan bahwa mereka telah memasuki tahun baru, sehingga selalu ingat tentang waktu dan umur mereka.


Ini cuma usulan. Kalau ada yang kontra tentu dimaklumi. Masalahnya, penentuan Muharram sebagai awal tahun baru kan sifatnya Ijtihadi, yang dilakukan Umar, dan tidak ada nashnya, baik dari Quran maupun Hadits. Atau kita yang belum pernah menemukan nashnya?


Wallahu A'lam


4 komentar:

Saya suka dengan tulisan ini, karena berusaha keluar dari argumen mainstream tentang penentuan waktu tahun baru Islam, terlepas setuju atau tidak. Selamat tahun baru...eh sudah lewat yah!

Membangun sebuah discourse memang harus dengan 'pertanyaan' karena itu adalah problem awal manusia hidup. "mencoba menjelaskan" merupakan cara lain, agar hidup lebih hidup. selamat tahun baru juga...sukses

Terima kasih komennya.
Jadi tambah semangat nulis

Dari postingan Ust. saya setuju tuh diganti aja tahun baru Islam ditetapkan I Syawal. ...Wah bisa rame nih blog!

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails