Jumat, 11 Desember 2009

Negeri 5 Menara (Kisah sukses santri)


Oleh : Nanang Supriyatna


Membaca lembar demi lembar buku ini buat saya sama saja melihat kembali sebagian dari perjalanan hidup saya. Novel ini merupakan kisah nyata dari seorang mantan jurnalis bernama a. fuadi. Apa yang dialaminya dari mulai keputusannya untuk mondok di pondok madani hingga akhirnya ia lulus dari pondok itu seolah menyegarkan kembali ingatan saya akan kehidupan pondok pesantren 14 tahun lalu yang saya alami selama 6 tahun, lebih lama dari pada yang fuadi alami yang ‘hanya’ 4tahun.

Ada yang unik dari novel ‘negeri 5 menara’ ini, begitu pembaca pertama kali membuka lembaran pertama dari buku ini dibalik hard cover depan dan belakang pembaca akan disuguhi gambar denah dari pondok madani. Rupanya fuadi sadar bahwa sebagian besar pembacanya belum tentu pernah mengalami kehidupan pondok. Perlu sebuah visualisasi dalam bentuk denah agar imaginasi pembaca tidak liar dalam menyelami kehidupan pesantren versinya fuadi.

‘Man jada wajada’ sebuah mahfuzhat atau pepatah arab (yang juga saya pelajari diawal-awal nyantri) yang artinya Siapa yang bersungguh-sungguh ia akan dapat adalah mantera sakti yang merubah kehidupan Alif selanjutnya sang tokoh utama dalam buku ini. Kekuatan kata-kata inilah yang merubah kehidupan seorang anak kampung hingga merambah dikehidupan di benua Amerika & Eropa.

Dalam buku ini, seluk beluk kehidupan pesantren dengan pendidikannya yang berlangsung 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, dikupas habis beserta romantikanya. Disiplin yang ketat bak kuil shaolin, kehidupan yang sederhana, jadwal padat yang diatur dengan lonceng, kyai yang jago bermain bola, semuanya
dikupas habis di novel ini.

Tidak menyesal saya membeli buku ini, meski awalnya diniatkan untuk mengisi waktu kosong selama bulan puasa kemarin tapi ternyata hanya 2 hari saja saya menghabiskan waktu untuk membaca habis 416 halaman hal yang belum pernah saya lakukan dalam membaca apapun termasuk novel.

Apresiasi yang luar biasa untuk a.fuadi yang awal karirnya dimulai dari jurnalis bukan ustadz seperti kebanyakan alumni pesantren. Meski ada beberapa kisah yang kental fiksinya seperti kisah kecerdasan

bocah bernama Baso yang memiliki photographic memory tetapi jika dibanding Lintang dalam kisah Laskar Pelang kisah Baso ‘masih’ realistis. Nampaknya tinggal menunggu waktu saja kisah ini di
filmkan.

‘Man jada wajada’ Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam bekerja dan belajar..? Selamat membaca

Buat saya novel ini wajib dibaca para santri Attaqwa. Kemana bisa menyumbang buku bacaan ke perpustakaan pondok?

source:
http://nanangs.blogdetik.com/2009/10/10/negeri-5-menara-kisah-sukses-santri/

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails