Sabtu, 05 Desember 2009

Jean-Dominique Bauby

Oleh :  Nanang Supriyatna

Dari semua milis dimana saya aktif, jumlah warga yang suka menulis, baik karangan asli maupun komentar atas sesuatu yang dibacanya, sedikit sekali. Mayoritas sesuatu milis adalah Read Only Member, disingkat ROM. Perhitungan empiris saya, dalam suatu periode singkat tidak sampai 10% jumlah warga suatu
milis yang nongol di jalum. Namun, saya yakin meski Anda tidak pernah atau belum mengarang cerita, Anda bisa membayangkan prosesnya seperti apa.Bandingkan itu dengan apa yang akan saya dongengkan di bawah ini.

Saya tidak kenal dengan orang bernama Jean-Dominique Bauby. Saya yakin Anda juga tidak, kecuali Anda perempuan dan berbahasa Perancis atau suka membaca majalah bernama Elle. Ia pemimpin redaksi Elle. Beberapa tahun lalu ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang "ditulisnya" secara istimewa dan diberinya judul Le Scaphandre et le Papillon (The Bubble and the Butterfly). Tahun 1995 ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut




locked-in syndrome', kelumpuhan total yang disebutnya "seperti pikiran di dalam botol". Memang ia masih dapat berpikir jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak. Satu-satunya otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya. Jadi itulah caranya berkomunikasi dengan para perawatnya, dokter rumah sakit, keluarga dan temannya. Mereka menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip bila huruf yang ditunjukkan adalah yang dipilihnya. "Bukan main," kata Anda. Ya, itu juga reaksi saya. Nah, lalu saya jadi merenung (apalagi kebisaan saya) setelah membaca kisah itu. Saya memang bisa menulis tayangan 4-5 buah per bulan dan kalau perlu atau ada waktu, bisa setiap minggu. Namun, kalau saya disuruh "menulis" dengan cara si Jean, saya nangis dulu berhari-hari barangkali.

Sehabis saya mengagumi tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang luar biasa ini (ia meninggal 3 hari setelah bukunya diterbitkan) saya lalu mengatakan, "Berapapun problem dan stress serta beban hidup kita semua, warga milis ini, tidak ada artinya dibandingkan dengan si Jean!" Apa yang a.l. ditulisnya di memoarnya itu? "I would be the
happiest man in the world if I could just properly swallow the saliva that permanently invades my mouth." Bayangkan, menelan ludah pun ia tak mampu :-(. Jadi saya dan Anda yang masih bisa makan bakmi, tak usahlah Bakmi Gajah Mada, pop mie Rp 1500 saja, seharusnya sudah berbahagia 100 kali lipat dibanding si
Jean. Namun, Anda dan saya tetap saja mengeluh ... we are constant whiners. Bukan saja kita tidak menghargai bahwa ada orang yang kalau saja bisa menelan ludah, ia berikan segala-galanya, harta miliknya, eh kita saling "ludah-meludahi" sesama kita. Kita menjadi orang paling bahagia di dunia, bila lawan kita mati tenggelam di dalam ludah kita. Saya menjadi teringat kepada anggota keluargaku yang konon sedang ngambek kepada pasangan hidupnya. Sudah berminggu-minggu mereka saling
tidak berbicara :-(. Aduh, kalian masih bisa makan bakmi, masih sehat segar bugar, kog sampai seperti itu sih?

Apa lagi yang dikerjakan Jean di dalam kelumpuhan totalnya selain menulis buku? Ia mendirikan suatu asosiasi penderita 'locked-in syndrome' untuk membantu keluarga penderita. Ia juga menjadi bintang film alias memegang peran di dalam suatu film yang dibuat TV Perancis yang menceritakan kisahnya. Ia merencanakan buku lainnya setelah ia selesai menulis yang pertama. Pokoknya ia hidup seperti
yang dikehendaki Penciptanya, 'to celebrate life', to do something good for others.

Betapapun kemelutnya keadaan Anda saat ini, mereka yang sedang stress berat, mereka yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan orang lain atau anggota keluarga, mereka yang sedang tidak bahagia karena kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, mereka yang masih mencari pekerjaan yang
sesuai dengan keahliannya, mereka yang sedang di-PHK-kan, sedang dilecuti dicambuk, saya yakin Anda, seperti saya, masih bisa menelan ludah. Semoga kita semua tidak terus menjadi whiner, pengeluh abadi, manusia yang sukar puas. Salam dari yang akan makan bakso Joss di Karawaci, salah satu makanan favorit isteriku :-).

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails