KH. Noer Alie dan Ekonomi

Tidak mudah menulis pemikiran seseorang yang telah wafat. Tidak mungkin misalnya melakukan wawancara. Apalagi yang bersangkutan tidak meninggalkan jejak berupa buku atau artikel di majalah dan koran. Yang tertinggal darinya hanyalah apa yang diceritakan orang lain tentangnya dan tidak bisa lagi dikonfirmasi.

Antara Syaikh Umar Mukhtar dan KH. Noer Alie

Berbekal uang delapan ribu perak (Rp.8.000) saya berhasil mendapatkan sebuah DVD (bajakan) berjudul Lion of the Desert. Film ini diproduksi Mustappha Akkad, produser Amerika kelahiran Syria dan dibintangi oleh bintang senior Amerika kelahiran Mexico, Anthony Quinn, yang juga sering bermain di fim dengan tema-tema Islam, seperti Laurence of Arabia dan The Message (Arrisalah.

MIPA : Uji Coba Makanan Alternatif

subhaanallah... ternyata pohon sengon yang ada yang biasa untuk tempat ngadem anak putri, biji sengonnya mengandung protein tinggi dan bisa dijadikan bahan makanan alternatif... hal ini setelah ada pengujian oleh anak santri konsulat HIPAKABA (daerah Babelan dan sekitarnya) pada Musabaqoh MIPA di Attaqwa Putri... mereka bereksperimen biji sengon dibuat cemilan, dan dijadikan makanan sejenis tempe.

Biografi Dua Guru KH. Noer Alie

Nama lengkap beliau adalah “Ahmad Marzuki bin Syekh Ahmad al-Mirshad bin Khatib Sa’ad bin Abdul Rahman al-Batawi”. Ulama terkemuka asal Betawi yang bermazhab Syafi’i dan populer dengan sebutan Guru Marzuki ini lahir dan besar di Batavia (Betawi). Ayahnya, Syekh Ahmad al-Mirshad, merupakan keturunan keempat dari kesultanan Melayu Patani di Thailand Selatan yang berhijrah ke Batavia.

Korikawati Menanti Pemberdayaan

Menghadiri acara seperti Halal Bihalal, Reuni, Maulid, atau apapun namanya yang dilaksanakan Korikawati (kependekan dari Korp IKAA Wati), seringkali harus mengakui kehebatan para senior dalam memobilisir para mantan PPAwati itu. Para abituren puteri dari berbagai daerah seperti tersihir untuk datang, baik secara perorangan maupun kelompok.

Kamis, 31 Desember 2009

Pesta Tahun Baru, pestanya siapa?










Oleh : Cecep Maskanul Hakim


Saat ikut upacara 17 Agustus 2009 lalu di kantor, saya iseng-iseng mengambil foto diri dengan menggunakan kamera HP, berlatar belakang barisan upacara. Lalu saya kirim ke facebook. Dalam jangka waktu setengah jam ada lebih dari 20 komentar yang masuk. Isinya macam-macam. Mulai dari yang suka sampai yang guyonin lewatcomment-comment: Salah satunya dari teman yang heran bukan main, dan bilang (mengikuti salah satu iklan televisi): "Harre genne masih upacara? wkwkwkwk..."


Hari ini, minggu akhir Desember 2009, beberapa teman yang muncul dalam jejaring sosial itu sedang merencanakan sesuatu dalam rangka menjelang tahun baru 1 Januari 2010. Ada yang mau ikut pesta kembang api, ada yang beli trompet dan sampai ada yang mau menghias kendaraannya untuk pawai malam tahun baruan itu. Kali ini saya balas komentar mereka yang pada nyinyir itu: "Harre genee tahun baruan? ha..ha...ha.."
***
Entah mengapa sejak tahun 90an orang-orang mulai frenzi dengan acara tahun baruan 1 Januari. Padahal kalau dipikir-pikir, itu cuma kesepakatan orang-orang untuk merayakannya. Kalau nggak ada kesepakatan massal, maka tidak ada perayaan tahun baru masehi itu. Persis seperti tahun baru Muharram yang nyaris dilupakan semua orang. Bahkan oleh ummat Islam sendiri. Padahal nilai yang ada pada tahun baru Muharram sangat tinggi: Hijrahnya Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah yang menjadi titik balik kemenangan Islam dan ummatnya. Itu sebabnya saya masih merasa punya dasar moral untuk ikut upacara 17an. Ada peristiwa besar di balik 17 Agustus itu: Kemerdekaan negara tercinta dari penjajah, yang diproklamirkan oleh Soekarno dan Hatta.

Nah pertanyaannya, tahun baru 1 Januari, itu perayaan siapa? Yang saya tahu, kejadian itu nyaris nggak ada hubungan dengan nilai apapun. Kecuali bahwa orang pada hiruk pikuk tiup trompet, arak-arakan kesana sini, pentas musik, terus count down 10, 9, 8 ,7,6,5,4,3,2,1 ....dan byar! Kembang api pun menyala. Pertanda



Selasa, 29 Desember 2009

Islam agama universal

Oleh : H.Syamsul Falah, M.Ec


Syariah Islamiyah adalah undang-undang yang komprehensif dan universal. Komprehensif berarti meliputi semua aspek dan bidang kehidupan yang secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi tiga sub-sistem yaitu : Aqidah, Syari'ah dan Akhlaq. Aqidah adalah hukum-hukum yang bersangkut paut dengan keimanan dan ketauhidan yang merupakan dasar keislaman seorang muslim. Syari'ah adalah hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Khaliq maupun dengan makhluq. Sedangkan Akhlaq menitik beratkan pada pendidikan rohani dan pembersihan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasi dengan sifat-sifat yang terpuji. 

Syariat ini merupakan ciptaan Allah SWT, maka ia tidak terbatas oleh ruang dan waktu, maka ia adalah sistem yang universal. Ia sesuai untuk sepanjang zaman dan semua tempat, tidak lapuk ditelan zaman dan tidak kering dimakan hari. Prinsip Syari'ah Islamiyah tidak dapat berubah, walaupun hukum-hukum cabangnya mungkin dapat berubah.

Keadaan geografis, jarak dan perbedaan alam tidak menjadi sebuah halangan bagi kecocokan dan keunggulan sistem ini, karena hukum Islam bukan diciptakan oleh manusia melalui fikiran, pengetahuan dan pengalamannya. Ia merupakan ciptaan Sang Khaliq Allah SWT Tuhan yang Maha Mengetahui dan Maha Mencipta alam semesta.

Syari'ah Islamiyah dan seluruh hukumnya tidak boleh dipisah-pisahkan atau dipecah-pecah, karena ia bersifat kully. Mengambil sebahagian-sebahagian dan meninggalkan sebahagian yang lain tidak akan dapat mencapai objectif Syari'ah; tujuan dan falsafahnya tidak akan dapat ditegakkan. Bahkan perbuatan seperti ini bertentangan dengan tuntutan Syari'ah dan nash-nash hukum. Beriman dengan sebagian ayat Al-Qur'an dan mengingkari sebagian yang lain membawa seorang hamba kepada suatu kehinaan. Sikap seperti ini tidak akan membawa kepada kebaikan dan kemuliaan kepada ummat Islam. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah : 85 :

Apakah kamu beriman kepada sebagian Al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan kebaikan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan


Senin, 28 Desember 2009

MIPA (UJI COBA MAKANAN ALTERNATIF)



Oleh : Safina Annaja Sofyan

subhaanallah... ternyata pohon sengon yang ada yang biasa untuk tempat ngadem anak putri, biji sengonnya mengandung protein tinggi dan bisa dijadikan bahan makanan alternatif... hal ini setelah ada pengujian oleh anak santri konsulat HIPAKABA (daerah Babelan dan sekitarnya) pada Musabaqoh MIPA di Attaqwa Putri... mereka bereksperimen biji sengon dibuat cemilan, dan dijadikan makanan sejenis tempe.

Konsulat IPAJAYA meneliti Biji Rambutan, dan ternyata pada rambutan bukan hanya dinikmati dari buahnya saja bijinyapun setelah diteliti mengandung Karbohidrat tinggi, dan bisa diolah menjadi manisan biji rambutan. bukan hanya itu biji rambutan juga dapat mengobati Diabetes.


Selasa, 22 Desember 2009

Menapak ke Negeri Ulayat


Oleh : Cecep Maskanul Hakim

Siapa yang ingin jalan-jalan ke Papua? Rasa-rasanya sih tidak ada yang mau. Kalaupun ada, cuma karena belum pernah kesana, dan perjalanannya harus gratis. Ada orang yang datang kesana dengan niat petualangan. Atau mau menjajah, seperti orang Belanda dulu (dan orang kulit putih lainnya). Atau orang yang terbiasa merantau dan melaut seperti orang Makassar dan Maluku. Juga orang yang siap hidup dimana saja, seperti orang Jawa dan Madura. Maka tidak heran kalau pulau yang punya dua propinsi itu memiliki komposisi penduduk yang berasal dari ras-ras itu, selain penduduk asli tentunya.

Pulau ini dulunya bernama Irian Jaya. Entah kenapa ketika Gus Dur jadi presiden ia menamakannya kembali dengan Papua. Konon nama itu berubah atas usulan penduduk setempat. Bisa jadi karena rasa sentimentil yang amat dalam. Nama “Irian” buat mereka mengingatkan kepada kesewenangan Soekarno dan orang-orang Jawa. Padahal penjajah Belanda saja tidak berani mengubahnya. Buktinya negara yang berbatasan di sebelahnyapun masih memakai nama asli dari penduduknya, Papua New Gunea.

Konon nama “Irian” juga berasal dari orang-orang Arab yang sempat mampir disana, sebelum Belanda datang. Merekalah yang pertama kali menamakan “Irian”, dari kata “’iryan” yang bahasa Arab artinya telanjang. Ini karena mereka melihat penduduknya, yang kebanyakan tidak memakai pakaian. Orang-orang Arab itu kemudian kembali ke daerah kepulauan yang mereka namakan Maluku. Nama itu plesetan dari kata “muluk” yang dalam bahasa Arab berarti raja-raja (jama dari malik). Wallahu A’lam.

Tapi yang jelas, tidak ada kemajuan berarti dengan perubahan nama dari Irian ke Papua. Bahkan setelah propinsi itu memperoleh status Otonomi Khusus sekalipun. Status itu diperoleh Papua sejak 4 tahun yang lalu. Jalan dan bangunan di Jayapura (ibukota propinsi Papua) misalnya, tetap seperti ketika pada tahun 1970an,


belajar cinta dari ibu


tidaklah sulit mencari apa itu cinta sejati. bukan dari sang kekasih, tapi cukup dari ibu kita. kita belajar apa itu cinta dari seorang ibu yang menyusui anaknya dalam gendongan, sedangkan kedua belah tangannya sibuk menisik selimut keluarga. dalam dadanya tiada sesuatu apa selain ketulusan memberi atas nama cinta.
kita belajar dari seorang ibu yang membagi cintanya pada anak-anaknya, ia mampu meladeni semua permintaan kasih sayang pada semua anaknya tanpa sedikitpun terasa ada yang kurang adil. dalam dadanya tiada sesuatu selain kegembiraan memberi atas nama cinta. karena cinta bukan hanya sekedar pelukan hangat, belaian lembut, atau kata-kata penuh melankolis yang mendayu-dayu.
kita belajar cinta dari seorang ibu yang sujud dan mengadahkan tangan untuk berdo’a bagi masa depan anak-anaknya. dari senyumannya setelah berjuang mempertahankan hidup saat melahirkan sang buah hati. dari rasa cemas kala sang anak belum pulang meski larut menjelang atau dari sorot mata yang berbinar kala sang anak berprestasi.
dan kehadirannya dalam hidup ini tiada maksud selain mewujudkan cintanya. karena itu, tiada yang pantas kita lakukan selain atas nama cinta padanya. selamat hari ibu…
aldevco octagon, 22 desember 2009

Jumat, 18 Desember 2009

Tahun baru Islam (mulai 1 Syawal aja?)



Oleh : Cecep Maskanul Hakim


Tulisan ini adalah hasil diskusi dengan rekan di komuter Bekasi-Jakarta (nama keren dari KRL alias kereta listrik jurusan Bekasi-Kota). Kejadiannya waktu pulang dari kantor, sambil ngabuburit, alias nunggu waktu puasa. Jadi jangan kaget kalau sedikit nyeleneh.

Selama ini tahun baru Islam dimulai dengan Muharram. Yang berinisiatif menetapkannya adalah Khalifah Umar bin Khattab. Ia menghitung awal tahun baru Islam dimulai pada saat Nabi SAW melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah. Itu sebabnya tahun Islam disebut juga tahun Hijriyyah. Umar juga menggunakan perhitungan bulan, bukan matahari, seperti yang digunakan penguasa Romawi saat itu. Oleh karena itu tahun dengan perhitungan bulan seperti ini disebut juga tahun "Qamariyyah" (dalam bahasa Arab, qamar= bulan).

Yang jadi pertanyaan, apa alasan Umar sehingga menetapkan awal tahun pada bulan Muharram? Benarkah Rasulullah melakukan hijrah pada bulan Muharram? Bukan pada bulan Rabiul Awwal seperti yang diklaim orang? (Ada pendapat yang mengatakan bahwa Rasulullah lahir, hijrah dan meninggal pada bulan Rabiul Awwal).

Merayakan tahun baru pada bulan Muharram terasa tidak mudah. Tidak ada peristiwa penting dalam kehidupan ibadah ummat Islam pada bulan itu, yang bisa diingat dengan mudah. Haji, misalnya, dilakukan pada bulan Zul Hijjah. Puasa dan zakat dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Demikian pula yang bersifat peringatan (festival, commemoration) seperti Iedul Fitri pada bulan Syawwal, peringatan kelahiran Nabi SAW dilaksanakan pada Rabiul Awwal dan peringatan Isra Mi'raj pada bulan Rajab. Bahwa bulan Muharram adalah bulan dimulainya Nabi SAW berangkat untuk hijrah ke Madinah, dan Hijrah merupakan peristiwa besar di zaman beliau, hal itu tidak ada yang meragukan. Tapi berapa banyak orang Muslim yang ingat pada sejarahnya sendiri?

Oleh karena itu ada menariknya usulan untuk mengganti perayaan tahun baru Islam dari Muharram menjadi 1 Syawwal. Alasannya:

  1. Ummat Islam berhak merayakan keberhasilannya dalam melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh. Menurut hadits Nabi, kaum muslimin keluar dari Ramadhan seperti keluarnya seorang bayi dari perut ibunya, yaitu kiasan dari kebersihan dari dosa-dosanya
  2. Zakat (fitrah dan mal) dibayar pada bulan Ramadhan. Dengan demikian harta juga telah dibersihkan.
  3. Bulan Ramadhan karenanya merupakan bulan perhitungan bagi dosa-dosa yang perlu dibersihkan dan harta-harta yang perlu disisihkan sehingga bulan berikutnya mereka memulai dengan neraca yang baru.
  4. Pada saat ini mereka berhak diingatkan bahwa mereka telah memasuki tahun baru, sehingga selalu ingat tentang waktu dan umur mereka.


Ini cuma usulan. Kalau ada yang kontra tentu dimaklumi. Masalahnya, penentuan Muharram sebagai awal tahun baru kan sifatnya Ijtihadi, yang dilakukan Umar, dan tidak ada nashnya, baik dari Quran maupun Hadits. Atau kita yang belum pernah menemukan nashnya?


Wallahu A'lam


Rabu, 16 Desember 2009

Ngeblog bareng komunitas

Oleh : Sirojudin Mursan

Apa yang menarik dari sebuah blog? Jawabannya bisa beragam tergantung minat dan tujuannya mengunakan medium  ini. Ada yang hanya sekedar iseng, menumpahkan segala hal yang ia lihat dan dengar. Mengekpresikan kegembiraan dan kesedihan. Mengemukan pendapat yang menyangkut kepentingan publik. Ada juga yang serius, menjadikannya medium komunikasi. Layaknya menghadirkan ‘rumah’ di tengah komunitas masyarakat dunia.

Menggunakan surat kabar atau media televisi perlu banyak syarat dan kriteria. Kemampuan menulis nya yang mumpuni. Dan juga tampilnya satu berita dan jadi headline, berdasarkan rapat, juga yang tak kalah penting amat dipengaruhi oleh banyak hal. Hingga sebuah tulisan menjadi ‘layak tampil’ harus melewati banyak pintu seleksi. Blog tidak begitu keadaanya, setiap orang bebas mengungkap apa yang dirasakan. Mengekpresikan kegundahannya tanpa ada aturan.

Blogger hanya punya keterikatan dengan net-iket (etika berinternet). Aturannya berupa kesadaran untuk tidak melakukan hal yang dianggap mengganggu ketentraman. Baik dalam hal pemilihan kata, juga soal  penyampaian bahasa. Bila seorang dianggap sering melakukan hal yang bertentangan dengan net-iket biasanya di antara komunitas namanya sudah ‘tercoreng’.  Teridentifikasi sebagai individu yang suka hoax (melakukan kebohongan), spam (sering mengirim e-mail ‘sampah’ pada yang lain). Juga didalamnya mereka yang melakukan kejahatan cyber, mencuri data orang lain untuk tujuan kriminal, dan lain sebagainya.

Tehnologi apapun bentuknya selalu punya dua sisi, baik dan buruk. Semua berpulang pada individu di belakangnya. Kalaupun ada ekses, atau sisi negatifnya, justru disitulah tempat kita berjuang untuk tidak masuk ke sana.  Mengidentifikasi dan tidak memilihnya.

Nge-Blog perlu sedikit kemauan untuk belajar. Proses belajarnyapun bisa menggunakan internet. Hanya dengan memasukan kata tertentu, misalnya kata  “belajar blog” akan tampil hasil pencarian puluhan bahkan ribuan alamat web/blog tentang belajar blog.  Alamat web/blog yang tampil paling atas merupakan alamat web yang paling banyak diakses orang. Istilah internetnya SEO (Search Engine Optimition). Kita tinggal meng’klik’ salah satunya. Dari sana-lah kita belajar seluk beluk blog. Dari bagaimana kita memulai dan membuat blog sampai bagaimana kita menjadikan blog kita sebagai tempat mencari duit dengan mengikutsertakan Google Adsense. Berbekal pertanyaan pada ‘om google’ inilah kita menelusuri para master blog yg ‘ikhlas’ berbagi ilmu.

Layaknya sebuah rumah, kita selalu ingin mempercantik. Memberikan ornamen, melakukan penataan ulang  agar ‘rumah’yang kita punya ini, nyaman untuk ditinggali dan membuat betah orang yang mengunjungi. Proses ini disebut modifikasi template. Selain template bawaan blogger.com, andai pake blogspot, juga banyak template lain dari web lain yang sangat bagus performa-nya. Kalo masih tidak puas juga, silakan melakukan modifikasi ‘bahasa script’ blog kita, agar bisa memodifikasi tataletak, pengaturan warna,font, mengganti header, termasuk mengganti frame,background, dan sebagainya.

Setelah kita merasa ‘homi’ alias nyaman, tinggal kita memasukan konten dengan materi tulisan menarik. Kalau perlu kita konsentrasi pada satu jenis tulisan. Karena dari sana orang tau identifikasi diri kita. Saat seorang memasukan input kata tertentu, yang itu jadikonsentrasi blog kita, ini mengarahkan mereka pada blog kita. Karena kunci blog yang baik yang banyak pengunjung.

Selain konten menarik, yang paling penting selalu meng-update-nya. Terutama menyangkut reportase pemberitaan, hingga saat seorang balik ke blog mendapatkan berita baru, selalu baru.Ini menarik. Tak sebatas itu, ibarat makhluk hidup, justru itulah ruh blog. Saat sebuah blog vakum, artinya dia sudah mati. Bila dianggap mati, tak ada lagi pengunjung. Kalaupun ada, hanya karena orang salah masuk rumah, alias nyasar.

Problem utama blogger pemula, yang bikin blog kemudian mati, tidak lepas dari persoalan itu. Selain itu juga harusnya blogger pemula ini bergabung dengan komunitas sejenis, mereka yang punya minat pada persoalan yang sama. Komunitas ini selalu mengingatkan pentingnya updating blog. Termasuk tempat bertanya saat menghadapi masalah. Beda dengan yang hanya mengandalkan individu, saat ‘mood’ itu hilang, hilang semua, termasuk hanya sekedar menulis catatankecil sekalipun.


diposting juga untuk Kompasiana.com :
http://teknologi.kompasiana.com/2009/12/17/ngeblog-bareng-komunitas/

Gusti Allah Ora Sare...


Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat
berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan. Setengah berlari saya mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian, ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala. Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dik, daripada kehujanan...," begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh. Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, "tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja.

Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar. Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?" Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam. "Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?"

Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja, tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru... "Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu tidak pernah istirahat), begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau


Senin, 14 Desember 2009

Pak Zulkifi: Tukang sapu di Gunung Gede

Nama saya Pak Zulkifi. Umur 45 tahun. Pekerjaan tukang  sapu.  Saya sudahberkeluarga dengan seorang istri dan 3 anak, keluarga saya tinggal bersama mertua saya di Kuningan, 
Jawa Barat.

Pekerjaan saya adalah sebagai tukang sapu. Saat ini saya  sedang membersihkan sampah2 di jalur pendakian Cibodas -  Gunung Gede. Jangan salah dimengerti, saya bukan anggota 

kelompok relawan atau pegawai dan upahan Balai Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP). Dalam bekerja ini tidak ada yang  menggaji saya. Saya bekerja atas kemauan dan inisiatif sendiri.  Sebelum ini saya pernah menyapu sampah2 dari pantai  Labuhan Ratu sampai di
Banten.

Pada hari Sabtu, 2 April 2005 di suatu pos pendakian jalur Cibodas - G. Gede saya sempat ngobrol dengan Pak Djuni. Saat itu ada sekelompok pendaki dari kota sedang istirahat melepaskan lelah. Seperti biasanya anak2 dari kota, mereka sibuk dengan dirinya sendiri dan berbicara dengan ribut satu dengan yang lain. Saya amati mereka sambil tersenyum simpul. Lalu ada seorang pendaki yang mendekati dan mengajak ngobrol. Pendaki itu mengaku
bernama Pak Djuni, umur 38 thn dan datang dari Mampang Jakarta Selatan. Pak Djuni ini walau baru berumur 38 thn sudah tampak tua dan banyak ubannya. Saya sendiri walau sudah berumur 45 thn, tapi masih tetap sehat lahir batin dan tidak ada uban satu pun di kepala saya. Saya bilang kepada Pak Djuni kalau dia terlalu banyak berpikir dalam bekerja, dan dia mengakui itu dengan jujur.


Demikian ini perbincangan kecil antara saya dengan Pak Djuni :

Pak Djuni : Saya baru kali ini bertemu dg orang semacam Pak Zulkifi ini. Saya kagum dan salut dengan Bapak.

Pak Zulkifi : Ah biasa2 aja kok, tidak ada yg istimewa dlm tindakkan saya. Semua orang dpt mengerjakannya: "menyapu sampah".

Pak Djuni : Apakah Pak Zulkifi pegawai Balai TNGP, sehingga menyapu sampah 
  sampai sejauh ini?

Pak Zulkifi : Bukan! Saya bukan pegawai Taman Nasional dan saya juga bukan anggota kelompok sukarelawan yg ada di G. Gede ini. Saya bekerja tdk ada yg menggaji.

Pak Djuni : Lalu bagaimana Bapak dan keluarga dapat makan dan hidup sehari-hari?

Pak Zulkifi : Tidak usah dikejar, rejeki akan datang dengan sendirinya.

Pak Djuni : Lalu bagaimana kalau ada yang sakit di keluarga?

Pak Zulkifi : Syukur pada Sang Pencipta kalau sampai saat ini saya dan keluarga tetap sehat dan tidak kurang suatu apa. Tidak ada yg perlu dikhwawatirkan.

Pak Djuni : Pak Zulkifi sudah lama jadi tukang sapu di Gunung Gede ini?

Pak Zulkifi : Saya sudah 4 thn jadi tukang sapu di sini. Sebelumnya saya pernah menyapu sampah2 dari Pantai Labuhan Ratu sampai Banten. Mungkin setelah dari G. Gede ini saya tidak tahu akan kemana lagi. Mungkin saja saya akan pergi ke Jakarta dan menyapu sampah di sana.

Pak Djuni : Wah Pak Zulkifi, jangan ke Jakarta Pak. Di sana "rimba"-nya sangat lain dengan rimba di G. Gede ini. Orang2 di Jakarta sudah banyak yg tdk peduli dengan sesamanya, ibaratnya "orang makan orang" di Jakarta.

Pak Zulkifi : Saya tidak takut. Tidak ada yg perlu ditakutkan di dunia ini. Tujuan saya baik dan berguna.

Pak Djuni : Sambil jalan mungkin Pak Zulkifi dapat membersihkan "sampah-sampah di hati manusia". Khan pekerjaannya sama2 membersihkan sampah.

Pak Zulkifi : Pak Djuni ini ada2 saja. Membersihakan "sampah-sampah diri sendiri" saja sudah susah, apa lagi mesti membersihkan "sampah-sampah orang lain" he......he.......he..........

Pak Djuni : Baik Pak Zulkifi. Saya senang berjumpa dg Bapak dan saya sangat salut dg apa2 yg Bapak lakukan. Sampai jumpa lagi, saya dan kawan2 mau melanjutkkan perjalanan naik G. Gede.

Pak Zulkifi : Terima kasih juga Pak Djuni. Selamat jalan dan semoga sampai 
  di tujuan serta selamat tiba di rumah kembali.

Demikian itu hasil percakapan singkat saya dengan Pak Djuni.

Mengapa saya mejadi tukang sapu? Mengapa saya bekerja dg tdk mengharapkan imbalan dari siapa pun juga?

Bagi saya bekerja sebagai tukang sapu ini merupakan bentuk pengabdian saya kepada Yang Memberi Hidup. Hidup ini utk apa? Khan hidup ini hanya "sekedar lewat" saja di dunia. Oleh karena kita hanya "numpang lewat", maka kita perlu berupaya dengan sesungguhnya utk berbuat kebaikkan kepada sesama mahkluk ciptaanNya dan berbakti kepadaNya.

Dalam bekerja sebagai tukang sapu ini majikan saya adalah Dia Yang Memberi Hidup, bukan manusia. Jadi imbalan yg saya peroleh juga berasal dari Dia Yang Memberi Hidup. Saya percaya bahwa rejeki saya dan keluarga saya akan datang dariNya tanpa diminta, sehingga kami semua dpt hidup dg seperlunya. Tentu saja ukuran "hidup dg seperlunya" sangat berbeda dg kebanyakan orang yg biasanya diukur dg materi spt TV, sepeda montor, kulkas, rumah yg bagus, mobil dll. Kita hidup dan masih dpt bernapas sampai detik ini adalah suatu rejeki yg patut disyukuri. Jadi buat apa mengharapkan rejeki yg berlebihan?

===============

Ditujukan kepada Pak Zulkifi dengan penuh hormat dan salut,
Ditulis dalam kereta ekonomi yg penuh sesak dalam perjalanan Jakarta -
Rangkasbitung,
Selasa, 5 April 2005

Djuni Pristiyanto
Email: 
senoaji@cbn.net.id


pernah diposting ke milis attaqwa-bekasi oleh Awal leedun
http://groups.yahoo.com/group/attaqwa-bekasi/message/1270

Dialog milis : "Masyarakat Mutanaqisah"

Nurul Amin Muthi bertanya :


Pada hari ini, Selasa, 6 Januari 2009, saya mendengarkan kultum bakda salat zuhur di Masjid Al-Azhar Jakapermai yang disampaikan oleh Ustaz Muhammad Subhan tentang MUSYARAKAH MUTANAQISAH. Menulis beliau, konsep di atas dapat menjadi solusi bagi bangsa Indonesia agar tidak terjebak resesi dunia yang kini tengah melanda AS. Sepengetahuan beliau, konsep ini belum diterapkan di bank syariah.Mohon penjelasan tentang konsep tersebut.Terima kasih.

Cecep Maskanul Hakim menjawab :

Wah ini pertanyaan up-to-date banget.Saya baru menyelesaikan draft fatwa DSN tentang Musyarakah Mutanaqisah ini 2 minggu lalu. Mungkin sekarang sudah di meja KH. Sahal. Fatwa ini sudah diminta bank-bank syariah. Secara harfiyah, Musyarakah Mutanaqisah adalah Musyarakah dengan segala konsekwensinya, yaitu persekutuan para pemilik modal yang memberikan modalnya dalam jumlah yang disepakati, keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan (dimuka) dan apabila terjadi kerugian dibagi berdasarkan proporsi kepemilikan modal. Dampak hukum (atsar) dari Musyarakah adalah kepemilikan bersama terhadap aset (mal) musyarakah secara proporsional dalam nilai, tidak secara fisik. Prinsip Mutanaqisah (kepemilikan yang semakin berkurang) mulai terjadi apabila salah satu mitra (syarik) menjual kepemilikannya kepada mitra (syarik) lainnya pada


Belantara web

Oleh : Sirojudin Mursan


Tren komunikasi memang dah berlangsung lama. Semenjak booming SMS beberapa tahun lalu, kini Facebook mulai menggeser posisi SMS. Bermodalkan Hp dengan harga terjangkau seorang bisa ber-Facebook-ria dimanapun berada.memperbaharui status. Men-tag gambar dan tulisan dimana saja kapan saja.

Kemudahan ini membuat sekat kehidupan antar masyarakat semakin terbuka. Efek positifnya, seperti yang pernah dibilang teman saya, adanya saling pengertian antar masyarakat. Berburuk sangka dan asumsi2 prejudis dapat dihindarkan berkat komunikasi yang terbangun via medium ini.

Tapi internet punya sistem yang disebut ‘jendela’. Ketika kita menklik satu link, kita masuk pada halaman web berbeda, atau masuk ke halaman berbeda di web yang sama. Memasuki wilayah lain dengan hanya mengklik link , sekali waktu membuat kita lupa pada tujuan awal kita browsing. Apatah lagi saat web yang kita masuki berbeda dari web yang pertama kali kita tuju. Belum lagi jebakan-jebakan link web yang tanpa sadar melenakan pengunjung pada rencana awal ia surfing.

Agar tak tersesat ada beberapa tips yang perlu diperhatikan :
  1. Biasakan membawa note kecil disebelah. Notes ini sebagai guidance kita saat surfing. Tulislah item dan web address yang akan kita kunjungi.
  2. Andai membuka link, tetaplah berkonsentrasi pada web awal yang kita buka. Link yang kita buka berikutnya angap saja sebagai ‘penjelasan’ terhadap web yang kita buka.
  3. Tetaplah fokus pada web utama tujuan kita surfing.
Sering saya mendengar cerita surfer pemula yang tersesat di belantara web. Setiap kali browsing tak pernah fokus, selalu saja berputar-putar kemana-mana. Seakan ‘dipaksa’ memasuki halaman web lain yang tak diinginkan, terus semakin jauh semakin jauh. Sampai akhirnya tersesat. Lost on the junggle.

Agar tak tersesat pada jebakan link web, beberapa tips diatas bisa dipertimbangkan. Tersesat di web memang tidak membuat kita kebingungan dan sesak napas. Tapi setidaknya sudah banyak membuang waktu kita dan membuat surfing kita sia-sia, tanpa ada hasil yang kita dapat.


pernah diposting ke :
s.co

Sabtu, 12 Desember 2009

Haruskah UN dipertahankan ?


Setelah mahkamah agung memutuskan bahwa UN ditolak kasasinya, seharusnya membuat pemerintah dalam hal ini depdiknas tidak perlu mengajukan peninjauan kembali (PK). Sebaiknya, langkah konkrit yang dilakukan oleh depdiknas adalah melakukan dialog dengan para pakar pendidikan mencari solusi dari permasalahan UN yang ada sekarang ini.

Tidak menerima keputusan MA, membuktikan bahwa depdiknas tidak mematuhi ketentuan hukum yang berlaku. Itu artinya sama saja depdiknas tak lagi mendengar aspirasi dari semua stakeholder yang telah dimintai pendapatnya oleh pengadilan.

Sekaranglah saatnya depdiknas melakukan musyawarah untuk mencapai mufakat, mengundang para pakar pendidikan, baik dibidang perencanaan kurikulum, pakar pembelajaran, dan pakar evaluasi pembelajaran sehingga ditemukan titik temu yang menyenangkan semua pihak. Jangan korbankan lagi peserta didik kita, dan jangan ada lagi “transaksi” pendidikan di negeri ini. Perlu juga dibaca di sini.

Sudah saatnya depdiknas mau mendengar dan tidak lagi mencari bukti agar UN tetap dipertahankan sistemnya seperti sekarang ini. Bila hal itu terus dipertahankan UN akan menuai kontra kembali yang akan bermuara ketidakpercayaan masyarakat kepada sistem pendidikan di tanah air.

Bila pemerintah ingin mempertahankan UN, sebaiknya pemerintah memperbaiki beberapa hal:

Kualitas guru yang belum merata, masih banyak guru yang belum profesional di bidangnya.
Sarana prasarana yang belum semua terstandar secara standard sarana prasarana.
akses informasi yang belum semua sekolah bisa terhubung ke internet, sehingga bisa mendapatkan informasi secara cepat dan murah. Ketiga hal tersebut memang tidak bisa dilakukan secara serempak, oleh karenanya

Jumat, 11 Desember 2009

KH. A. Tajuddin Marzuki; Tokoh Representatif Generasi Kedua Attaqwa


Oleh : Irhamni Rofiun

Tanda-tanda dicabutnya ilmu oleh Allah SWT adalah perginya para ulama. Sudah banyak ulama yang telah pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Salah satunya adalah seorang tokoh masyarakat Oejoeng Malang (sekarang menjadi Ujungharapan) yang disegani sekaligus representatif generasi kedua Attaqwa. Beliau adalah KH. A. Tajuddin Marzuki seorang sosok suami dari  Hj. Maqbulah H. Mahmud dan seorang  panutan dari ke delapan anaknya,
banyak sekali kenangan penulis dari KH. A. Tajuddin Marzuki bukan karena beliau adalah baba gede atau paman penulis tapi memang beliau pantas disebut sebagai ulama yang handal, diantaranya adalah ketika penulis dilahirkan beliau adalah yang memberikan sebuah nama yang berbentuk doa, Irhamni. Diceritakan pada waktu penulis dilahirkan kakek dari bapak penulis tidak hadir pada momen yang berbahagia itu. Begitulah cerita unik dan berkesan dari beliau mudah-mudahan penulis bisa meneruskan estafet perjuangannya dengan mengingat kembali tujuan niat belajar ke mesir.
Penulis terus mencari data dan meneliti biografi serta profil singkat beliau dari seorang anak perempuannya Hj. Athiyah Tajuddin dan dari catatan otobiografi singkat KH. A. Tajuddin Marzuki yang ditulis oleh H. A. Zubair

Negeri 5 Menara (Kisah sukses santri)


Oleh : Nanang Supriyatna


Membaca lembar demi lembar buku ini buat saya sama saja melihat kembali sebagian dari perjalanan hidup saya. Novel ini merupakan kisah nyata dari seorang mantan jurnalis bernama a. fuadi. Apa yang dialaminya dari mulai keputusannya untuk mondok di pondok madani hingga akhirnya ia lulus dari pondok itu seolah menyegarkan kembali ingatan saya akan kehidupan pondok pesantren 14 tahun lalu yang saya alami selama 6 tahun, lebih lama dari pada yang fuadi alami yang ‘hanya’ 4tahun.

Ada yang unik dari novel ‘negeri 5 menara’ ini, begitu pembaca pertama kali membuka lembaran pertama dari buku ini dibalik hard cover depan dan belakang pembaca akan disuguhi gambar denah dari pondok madani. Rupanya fuadi sadar bahwa sebagian besar pembacanya belum tentu pernah mengalami kehidupan pondok. Perlu sebuah visualisasi dalam bentuk denah agar imaginasi pembaca tidak liar dalam menyelami kehidupan pesantren versinya fuadi.

‘Man jada wajada’ sebuah mahfuzhat atau pepatah arab (yang juga saya pelajari diawal-awal nyantri) yang artinya Siapa yang bersungguh-sungguh ia akan dapat adalah mantera sakti yang merubah kehidupan Alif selanjutnya sang tokoh utama dalam buku ini. Kekuatan kata-kata inilah yang merubah kehidupan seorang anak kampung hingga merambah dikehidupan di benua Amerika & Eropa.

Dalam buku ini, seluk beluk kehidupan pesantren dengan pendidikannya yang berlangsung 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, dikupas habis beserta romantikanya. Disiplin yang ketat bak kuil shaolin, kehidupan yang sederhana, jadwal padat yang diatur dengan lonceng, kyai yang jago bermain bola, semuanya
dikupas habis di novel ini.

Tidak menyesal saya membeli buku ini, meski awalnya diniatkan untuk mengisi waktu kosong selama bulan puasa kemarin tapi ternyata hanya 2 hari saja saya menghabiskan waktu untuk membaca habis 416 halaman hal yang belum pernah saya lakukan dalam membaca apapun termasuk novel.

Apresiasi yang luar biasa untuk a.fuadi yang awal karirnya dimulai dari jurnalis bukan ustadz seperti kebanyakan alumni pesantren. Meski ada beberapa kisah yang kental fiksinya seperti kisah kecerdasan


Kamis, 10 Desember 2009

ANTARA ABU BAKAR DAN KAUM MURTAD (catatan pengajian malem minggu)


Oleh : Nurul Amin Mu'thi

Allah SWT berfirman dalam Q. S. Al-Maidah ayat 54-56:

"Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui (54). Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat seraya tunduk (kepada Allah) (55). Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang (56)".

 Ayat ini diturunkan ketika Rasulullah masih hidup. Beliau merasa khawatir bila sepeninggalnya nanti, banyak kaum muslimin yang akan murtad atau keluar dari agama Islam. Akan tetapi, Allah mengatakan bahwa Rasulullah tidak usah pesimis. Allah akan mengganti suatu kaum yang lebih baik dari kaum yang telah murtad itu. Contohnya, jika di Indonesia banyak pengikut agama Islam yang keluar dari Islam dan mengikuti aliran-aliran yang tidak jelas, insya Allah, di negara-negara lainnya terdapat umat yang sangat setia kepada Islam bahkan semakin bertambah jumlah dan kecintaan mereka kepada agama dan ajaran Islam.

"Ada 11 golongan kaum murtad; 3 golongan muncul pada masa Rasulullah, 7 golongan muncul pada masa Abu Bakar, dan 1 golongan muncul pada zaman Umar.
Ketiga golongan kaum murtad yang muncul pada masa Rasulullah adalah Banu Mudlij (?), Banu Hanifah (?), dan Banu Asad."  Banu Mudlij dipimpin oleh Zulhimar Al-Aswad, seorang dukun yang mengaku sebagai nabi. Di antaranya ajarannya adalah menjadikan himar sebagai dewa. Bahkan, air kencing himar dijadikannya sebagai minyak wangi. Bani Mudlij kemudian diperangi oleh Muaz bin Jabal atas perintah Rasulullah. Zulhimar Al-Aswad berhasil dibunuh oleh Fairuz Al-Dailami. Banu Hanifah dipimpin oleh Musailamah Al-Kazzab, orang yang juga mengaku sebagai nabi. Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid untuk memeranginya. Turut bersama dalam pasukan Khalid adalah Wahsyi, orang yang semasa kafirnya telah membunuh paman Rasulullah, Hamzah. Wahsyi-lah yang kemudian berhasil membunuh Musailamah Al-Kazzab. Banu Asad dipimpin oleh Tulaihah bin Khuwailid, orang yang juga mengaku sebagai nabi. Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar kembali mengutus Khalid bin Walid. Tulaihah pun melarikan diri ke Syam. Namun, pada masa Umar, Tulaihah masuk Islam dan ia menjadi seorang muslim yang sangat kuat dengan keislamannya.

Ketujuh golongan kaum murtad yang muncul pada masa Abu Bakar menjabat khalifah adalah Banu Uyainah, Ghatafan bin Salamah Al-Qusyairi, Banu Sulaim, Banu Yarmuk, Banu Baus Tamin (seorang wanita yang pernah menjadi istri Musailamah), Kaum Al-As-as, dan Banu Bakar bin Wail (?).

Adapun satu kelompok pada masa Umar adalah Jablah bin Al-Airun (?). Jablah adalah seorang pemarah.

Dahsyatnya toge goreng Babelan


Oleh : Nurul Amin Mu'thi

Kamis, 1 Oktober 2009, pukul 16.00 WIB, aku pulang dari kantor. Tidak langsung ke rumah, aku menuju rumah Ustaz Abdul Munif di dekat kantor Kecamatan Babelan. Ustaz Abdul Munif adalah alumni Attaqwa lulusan satu tahun di atas Ustaz Sire. Ia seperiode dengan master utak-atik komputer asal Rawaroko, M. Yamin. Ustaz Munif, begitu ia biasa saya sapa, adalah tenaga pengajar di MI Attaqwa 15 dan MTS Attaqwa 03 Babelan.

"Teknik korelasinya gimana?" tanya Ustaz Munif di telepon.
"Kalau datanya berdistribusi normal, pakai korelasi product moment! Tapi kalau tidak normal, pakai teknik korelasi rank spearman!" jawabku.
"Kalau chi square dan uji z-nya?" tanyanya lagi.
Merasa sulit menjelaskan via telepon. kami janjian ketemu di rumahnya. Meskipun lelah, aku tetap menarik gas win-ku ke rumahnya. Sesampainya aku di rumahnya, aku langsung duduk-duduk santai di balai bambu di bawah pohon petai yang sedang berpendul. Rupanya, Ustaz Munif sudah membaca kelelahan di wajahku.
Sepuluh menit kemudian, ia membawakan sesuatu berbungkus daun pisang yang diikat dengan tali dari

Rabu, 09 Desember 2009

Diskusi Milis tentang Keynesians versus Neo-Classic

           
Untuk mengerti ekonomi secara makro (negara) ada dua isu besar yang harus difahami dan bertolak belakang, yaitu inflasi dan keterpakaian sumber ekonomi (employment). Jika inflasi rendah maka pengangguran tinggi, dan sebaliknya apabila pengangguran rendah otomatis inflasi akan tinggi. Ada juga isu lain yang merupakan target makro sebuah pemerintah, seperti investasi, pendapatan negara (income, GNP)  dan ekspor-impor, tapi tidak relevan dengan paper yang saya forward


Melihat fenomena ini, para ekonom terbagi menjadi dua mazhab besar. Monetaris, yaitu penerus generasi Klasik, seperti Adam Smith, Ricardo, JB. Say, Walras dan lain-lain. Mazhab Monetaris sendiri dirujuk kepada Irving Fisher dan diteruskan oleh muridnya, Milton Friedman-yang dikenal sebagai "nabi" kaum monetaris, Franco Modigliani dan Samuelson. Kaum monetaris kini bereinkarnasi menjadi group yang disebut Neo-Klasik. Inti dari ajaran ini adalah bahwa dalam situasi penggunaan sumber ekonomi
yang sudah terpakai semua (full-employment) maka yang paling efektif adalah kebijakan moneter. Gunakan semua instrumen moneter untuk mengendalikan ekonomi, seperti sukubunga (naik dan turun), suplai uang (ekspansif-kontraktif) dan yang paling anyar, nilai tukar mata uang (intervensi untuk menurunkan harga valas). Jaman Pakto 88 sampai 98 merupakan masa keemasan buat group monetaris di Indonesia dengan

Selasa, 08 Desember 2009

Neo-Klasik di Pondok Kita

Oleh Cecep Maskanul Hakim



Waktu masih kuliah di fakultas ekonomi, saya menikmati perdebatan antara mazhab Klasik yang diwakili oleh Adam Smith, Ricardo, Mill, JB Say dan lain-lain dengan mazhab Keynesian yang dimotori oleh Keynes, Philips, Kuznets, dan kawan-kawannya. Mazhab klasik yang memegang asumsi "penawaran (suplai) menciptakan permintaannya sendiri" terasa kedodoran berhadapan fakta empiris yag disodorkan para 'ksatria' Keynes berupa resesi dan hyperinflation yang terjadi pada tahun 30an. Saat itu, suplai melimpah, tapi daya beli publik sangat rendah akibat dari inflasi.

Tapi sukses para Keynesian hanya berlangsung lama. Beberapa waktu kemudian satu per satu ekonom mulai menunjukkan ketidaksetujuan dengan toeri intervensi pemerintahnya. Puncaknya pada terjadi pada 1970an dimana fenomena spektakuler bernama "stagflation" tidak mampu dijawab oleh mereka. Stagflation adalah kondisi dimana ekonomi berada pada posisi stagnant (tidak terjadi pertumbuhan) dibarengi dengan inflasi.

KH. Noer Ali (tulisan di ESQ Magazine)


Siapa yang tak kenal puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar? Tapi adakah yang tahu mengapa ia menciptakan puisi yang melegenda itu? Mungkin tak banyak yang menduga jika Chairil terinpsirasi oleh seorang warga Bekasi asli bernama KH Noer Alie.
Hingga kini, nama KH Noer Alie memang belum dikenal luas di pentas nasional. Bahkan, di kalangan masyarakat Bekasi pun, masih ada yang belum mengenalnya. Namun, jika ia bisa menginspirasi seorang Chairil Anwar, pasti ada suatu keistimewaan yang dimilikinya.
Ya, KH Noer Alie memiliki jejak perjuangan yang tak kelah heroiknya dengan pahlawan nasional lain semisal Soekarno, Hatta, Agus Salim, Natsir dan lainnya. Tercatat, dari sekian banyak pertempuran antara KH Noer Alie dan masyarakat Bekasi dengan penjajah, ada dua perlawanan yang melegenda.
Pertama,  Pertempuran Sasak Kapuk. Pertempuran sengit itu meletus pada 29 November 1945, antara pasukan KH Noer Alie dengan Sekutu – Inggris di Pondok Ungu. Pasukan rakyat KH Noer Alie mendesak pasukan Sekutu dengan serangan mendadak. Melihat pasukan Sekutu  terdesak, mulai timbul rasa takabur pada pasukannya, sehingga ketika

Wahana syi'ar Digital : Catatan workshop 'Santri Indigo'


Oleh : Fhine Shine

Indigo sendiri merupakan singkatan dari Indonesia Digital Community. Dan sesuai dengan keinginan Telkom-Repuublika membuat kehidupan pesantren lebih modern maka program tersebut diperkenalkan sebagai Santri Indigo.


Kegiatan Santri Indigo berupa pelatihan dan motivasi kepada santri atas pentingnya internet untuk berdakwah. santri mendapatkan pelatihan, mulai  cara mengakses internet, belajar menggunakan internet, dan membuat web blog di internet. Pendeknya santri mendapat paradigma baru sehingga nantinya dapat berdakwah melalui dunia cyber.


Materi I diisi oleh Bapak Syaiful Hidayat (Directorate of Information Technology  PT. Telkom Indonesia) berbicara tentang Tren Perkembangan Teknologi Informasi, beliau menyebutkan TI menjadi kekuatan penggerak perubahan yang sangat fenomenal di setiap aspek kehidupan. indonesia Pengguna internet ke-13 terbesar di dunia
Perkembangan TI & Internet perlu disikapi dengan tepat untuk memberi manfaat seluas-luasnya dan



Senin, 07 Desember 2009

Biografi dua guru KH.Noer Alie

GURU MARZUKI DAN SYEKH ALI AL-MALIKI  
 (Upaya Melacak Jaringan Ulama KH. Noer Alie )

Oleh : Irfan Mas’ud

K.H. AHMAD MARZUKI AL-BETAWI
(1293 – 1353 H/1876 – 1934 M)

Nama lengkap beliau adalah “Ahmad Marzuki bin Syekh Ahmad al-Mirshad bin Khatib Sa’ad bin Abdul Rahman al-Batawi”. Ulama terkemuka asal Betawi yang bermazhab Syafi’i dan populer dengan sebutan Guru Marzuki ini lahir dan besar di Batavia (Betawi). Ayahnya, Syekh Ahmad al-Mirshad, merupakan keturunan keempat dari kesultanan Melayu Patani di Thailand Selatan yang berhijrah ke Batavia. Guru Marzuki dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 1293 H/1876 M di Meester Cornelis, Batavia.
Masa Pertumbuhan dan Menuntut Ilmu

Pada saat berusia 9 tahun, Guru Marzuki ditinggal wafat ayahnya. Pengasuhannya pun beralih ke tangan ibunya yang dengan penuh kasih sayang membina sang putra dengan baik. Pada usia 12 tahun, Marzuki dikirim oleh sang ibu kepada seorang ahli fikih bernama Haji Anwar untuk memperdalam Al-Qur'ân dan ilmu-ilmu dasar bahasa Arab. Guru Marzuki kemudian melanjutkan pelajarannya mengaji kitab-kitab klasik (turats) dibawah bimbingan seorang ulama Betawi, Sayyid Usman bin Muhammad Banahsan. Melihat ketekunan dan







Sabtu, 05 Desember 2009

Jean-Dominique Bauby

Oleh :  Nanang Supriyatna

Dari semua milis dimana saya aktif, jumlah warga yang suka menulis, baik karangan asli maupun komentar atas sesuatu yang dibacanya, sedikit sekali. Mayoritas sesuatu milis adalah Read Only Member, disingkat ROM. Perhitungan empiris saya, dalam suatu periode singkat tidak sampai 10% jumlah warga suatu
milis yang nongol di jalum. Namun, saya yakin meski Anda tidak pernah atau belum mengarang cerita, Anda bisa membayangkan prosesnya seperti apa.Bandingkan itu dengan apa yang akan saya dongengkan di bawah ini.

Saya tidak kenal dengan orang bernama Jean-Dominique Bauby. Saya yakin Anda juga tidak, kecuali Anda perempuan dan berbahasa Perancis atau suka membaca majalah bernama Elle. Ia pemimpin redaksi Elle. Beberapa tahun lalu ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan memoarnya yang "ditulisnya" secara istimewa dan diberinya judul Le Scaphandre et le Papillon (The Bubble and the Butterfly). Tahun 1995 ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya lumpuh. Ia mengalami apa yang disebut





Jumat, 04 Desember 2009

Resensi buku : Manusia Indonesia

Oleh : Nur Kholish Wardi, M.H

Bermula dari artikel ST Sularto di Kompas (21/7/2008) yang berjudul Masa Depan "Manusia Indonesia"-nya Mochtar Lubis.  Saya teringat, dulu pernah mengoleksi buku tersebut tetapi setelah saya geledah rak buku satu persatu, ternyata buku tersebut sudah tidak ketahuan rimbanya. Untunglah paman google  berbaik hati  menyisir tumpukan file dengan kata “manusia Indonesia”. Dari sisiranya diketahui, buku tersebut telah di cetak ulang oleh penerbit Yayasan Obor Indonesia, lengkap dengan resensinya. Bagi yang suka memburu buku, “manusia Indonesia” sangat layak dikoleksi: paparannya “danta”,  membaca buku ini kita harus siap mental dipreteli pakaian kita  satu persatu (saya sendiri sedang memeriksa apakah yang termasuk di preteli?), buku ini juga bisa kita jadikan kaca mata untuk melihat para alumni yang menjadi caleg, dan terakhir kalau kebetulan jalan-jalan ke toko buku mendapatkan buku tersebut (biasanya Sire), saya titip beliin satu.

Judul           : Manusia Indonesia
Pengarang   : Mochtar Lubis
Cetakan      : II Maret 2008
tebal            : Viii + 140 halaman
Penerbit      : Yayasan Obor Indonesia

Di taman Ismail marzuki, Jakarta pada 16 April 1977, Mochtar Lubis menyampaikan pidato yang kemudian ramai dibicarakan. Pidato berjudul "Manusia Indonesia" itu disampaikannya dengan gayadan sikapnya yang suka berterus terang. Sehingga pro dan kontra pun bermunculan menanggapi sifat-sifat negatif orang Indonesia yang ia kemukakan.

Di dalam buku ini pidato “manusia Indonesia” dimuat secara lengkap, bukan ringkasan atau hanya potongan-potongannya saja seperti yang dimuat di media massa pada masa itu. Sifat-sifat manusia yang dituturkan Mochtar Lubis pada pidatonya tersebut merupakan sebuah pandangan atau analisa. Namun, lebih tepat jika dikatakan ciri manusia Indonesia yang distreotipkan. Sebagaimana layaknya stereotip maka pendapat Mochtar Lubis ini tidak dapat dikatakan benar secara keseluruhan dan tidak pula seluruhnya salah. Sterotip itu muncul dari pengalaman, observasi, prasangka, pemikiran, serta penilaian secara kritis. Maka begitu pulalah dengan ciri-ciri manusia yang disampaikan oleh Mochtar Lubis, hanya stereotip. Hasil dari pengalaman, observasi, prasangka, pemikiran serta penilaiannya secara kritis mengenai ciri-ciri manusia Indonesia.
Secara garis besar ada enam ciri manusia yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis, diantaranya Munafik atau

"Dekonstruksi Derrida dan Pengaruhnya pada Kajian Budaya"


Oleh : Nurul Atiq Tajuddin

Jacques Derrida (1930–2004) adalah seorang filsuf Prancis, yang dianggap sebagai tokoh penting post-strukturalis-posmodernis.Derrida lahir dalam lingkungan keluarga Yahudi pada 15 Juli 1930 di Aljazair. Pada tahun 1949 ia pindah ke Prancis, di mana ia tinggal sampai akhir hayatnya. Ia kuliah dan akhirnya mengajar di École Normale Supérieure di Paris. Derrida pernah mendapat gelar doctor honoris causa di Universitas Cambridge. Ia meninggal dunia karena penyakit kanker pada 2004.


Derrida muda dibesarkan dalam lingkungan yang agak bersikap diskriminatif. Ia mundur atau dipaksa mundur dari sedikitnya dua sekolah, ketika ia masih anak-anak, semata-mata karena ia seorang Yahudi. Ia dipaksa keluar dari sebuah sekolah, karena ada batas kuota 7 persen bagi warga Yahudi. Meskipun Derrida mungkin tidak akan suka, jika dikatakan bahwa karyanya diwarnai oleh latar belakang kehidupannya ini, pengalaman kehidupan ini tampaknya berperan besar pada sikap Derrida yang begitu menekankan pentingnya kaum marginal dan yang lain, dalam pemikirannya kemudian.

Derrida dua kali menolak posisi bergengsi di Ecole Normale Superieure, di mana Sartre, Simone de Beauvoir, dan mayoritas kaum intelektual serta akademisi Perancis memulai karirnya. Namun, akhirnya ia menerima posisi itu pada usia 19. Ia kemudian pindah dari Aljazair ke Perancis, dan segera sesudahnya ia mulai berperan utama di jurnal kiri Tel Quel.

Karya awal Derrida di bidang filsafat sebagian besar berkaitan dengan fenomenologi. Latihan awalnya sebagai filsuf dilakukan melalui kacamata Edmund Husserl. Inspirasi penting lain bagi pemikiran awalnya berasal dari Nietzsche, Heidegger, De Saussure, Levinas dan Freud. Derrida mengakui utang budinya kepada para pemikir itu dalam pengembangan pendekatannya terhadap teks, yang kemudian dikenal sebagai 'dekonstruksi'.

Pada 1967, Derrida sudah menjadi filsuf penting kelas dunia. Ia menerbitkan tiga karya utama (Of Grammatology, Writing and Difference, dan Speech and Phenomena). Seluruh karyanya ini memberi pengaruh yang berbeda-beda, namun Of Grammatology tetap karyanya yang paling terkenal. Pada Of Grammatology, Derrida mengungkapkan dan kemudian merusak oposisi ujaran-tulisan, yang menurut Derida telah menjadi faktor yang begitu berpengaruh pada pemikiran Barat.

Keasyikan Derrida dengan bahasa dalam teks ini menjadi ciri khas sebagian besar karya awalnya. Sejak penerbitan karya-karya tersebut serta teks-teks penting lain (termasuk Dissemination, Glass, The Postcard, Spectres of Marx, The Gift of Death, dan Politics of Friendship), dekonstruksi secara bertahap meningkat, dari memainkan peran utama di benua Eropa, kemudian juga berperan penting dalam konteks filosofis Anglo-Amerika. Peran ini khususnya terasa di bidang kritik sastra, dan kajian budaya, di mana metode analisis tekstual dekonstruksi memberi inspirasi kepada ahli teori, seperti Paul de Man.

Dekonstruksi sering menjadi subyek kontroversi. Ketika Derrida diberi gelar doctor honoris causa di

Tertatih di Bumi Pagaruyung


Oleh : Cecep Maskanul Hakim


Dosen-dosen kami bagitu antusias menyambut bank syariah. Ketika mendengar bank syariah buka cabang di sekitar sini, mereka minta agar kreditnya dipindahkan ke bank syariah itu. Sebagai atasan saya harus membuat persetujuan. Masalahnya, bank syariah membuat skema yang saya sendiri sebagai dosen syariah jadi tidak mengerti.


Demikian ungkapan jujur sang Ketua STAIN soal rumitnya skema pemindahan hutang dari bank konvensional ke bank syariah. Obrolan di tengah rehat seminar tentang perbankan syariah itu melukiskan betapa perjalanan perbankan syariah masuk ke masyarakat muslim sendiri belum mulus. Ada berbagai kendala untuk bisa diterima. Sebagian karena tidak harmonisnya berbagai ketentuan; syariah, Bank Indonesia dan kelaziman perbankan. Sebagian karena memang pemahaman masyarakat yang belum cukup tentang perbankan syariah.


Seminar tentang akad-akad perbankan syariah di STAIN Batusangkar sebenarnya ditujukan untuk membahas sejauhmana Dewan Syariah Nasional-MUI merumuskan fatwa-fatwa mengenai produk perbankan syariah. Tetapi suasana yang berkembang sebelum seminar sudah terlanjur kritis. Ada nuansa mempertanyakan keunikan perbankan syariah dari perbankan biasa. Seolah alam Pagaruyung sudah menggemakan tanya sebelum seminar dimulai: Apa bedanya bank syariah dengan bank konvensional?


Kebetulan ada pula kasus riilnya, yaitu pemindahan kredit di bank umum setempat ke bank syariah. Para dosen yang umumnya pegawai negeri mengajukan kredit kepada bank umum dengan menjaminkan SK




Kamis, 03 Desember 2009

Menjaga identitas: memegang bara


“Gua bakalan masuk neraka” kata KH. Noer Alie suatu sore. Saat itu para santri baru saja akan membuka kitab Syarah Alfiah karangan Ibn ‘Aqil untuk dibaca dihadapan beliau. Terus terang para santri jadi bingung karena nggak ada hubungannya antara mata pelajaran ilmu Nahwu dengan neraka. lagian kalau selevel kiai aja masuk neraka, bagaimana mereka-mereka yang masih suka ngelayap. Tanpa ditanya beliau meneruskan, bahwa ia baru saja membaca kembali hadits yang menyatakan orang yang suka memegang dan menyentuh tangan wanita pada hari Kiamat nanti akan diletakkan pada tangannya bara api neraka. “Lu bayangin gua tiap hari salaman sama anak perempuan, murid-murid gua sendiri, apa bukan neraka itu?” Beliau lalu tertunduk dan terlihat dari matanya menetes titik air.

Para santri terdiam. Lulusan Aliyah tahun 1983 yang kemudian diangkat menjadi santri PTA (Pesantren Tinggi Attaqwa) itu tidak banyak. Hanya 12 orang. Tapi pada pengajian sore itu seperti biasanya mereka digabung dengan para senior yang jumlahnya dua kali lipat. Saat itu tidak pernah terlintas dalam benak mereka bahwa kelak Bekasi akan menjadi kota dan daerah industri seperti sekarang ini. Atau tempat mereka nyantri sekarang akan dikelilingi perumahan yang penghuninya nggak karu-karuan. Tantangan untuk menjaga identitas sebagai seorang santri saat itu justru datang dari dalam diri sendiri. Begitu banyak godaan untuk melepaskan peci, meminjam istilah sohib Zubair Murikh, yang kini sudah almarhum. Padahal saat itu, pilihan yang tersedia juga tidak banyak, selain tempat hiburan juga jauh-jauh. Jadi pilihan untuk menjadi baik dan buruk ada pada kemauan sendiri.

Melintasi pasar Marakkesh, sebuah pojokan di perumahan Pondok Ungu Permai (PUP) malam minggu di bulan Juli 2009. Melewati keadaan sekeliling orang akan merasa seperti berada di dunia yang berbeda. Dunia yang sangat asing buat seorang santri. Begitu asingnya sehingga seorang santri tidak akan sadar bahwa daerah ini dulunya pesawahan luas dan terletak hanya beberapa jengkal dari pondok tercinta. Pondok tempat dulu para santri ditempa dengan keras dan tegas dalam masalah agama oleh seorang tokoh agama-pejuang, yang kini memperoleh penghargaan sebagai pahlawan nasional; KH. Noer Alie. Di sekitar Marakkesh ini ada jalan yang dipenuhi pedagang pinggir jalan yang berjualan bermacam barang, Ada juga jalan yang di tepinya berderet ratusan motor, dengan muda-mudi berkumpul di sana-sini. Terkadang terdengar suara cekikian dari beberapa diantara mereka. Selain itu ada jalan dimana kendaraan, terutama motor, lalu lalang tiada henti,

Maulid Nabi dan ponari (1)

Oleh : Saefudin Asmara



Cukup memilukan memang ! sederetan kasus yang belakangan terjadi "perebutan kue". baik "kue nasional hingga kue lokal" (istilah saya). Kue nasional lagi ramai direbutkan untuk mendapatkan kursi parlemen sedang kue lokal untuk mendapatkan seonggok makanan hanya untuk menganjal perut. Kesan tesebut mulai "tergiang" dalam ingatan kita tentang pembagian zakat yang tidak terkoordir dengan baik hingga dari sekian kaum dhuafa  menjadi korban karena "kue lokal" tadi. Saya rasa tidak hanya at taqwa di beberapa tempat telah terjadi proses distribusi kue lokal yang tidak adil. Ini ada apa ? yang imbasnya nanti akan tercermin dalam pembagian "kue nasional".

 Berbicara "kue lokal" semua lapisan masyarakat beranggapan bahwa "kue lokal" akan menjadi penyelesaian, ketika perut kaum dhuafa yang terancam oleh "lapar" kian menghantui untuk bersikap lebih progresif, anarkhis



Maulid Nabi dan ponari (4)

Sependek  pengetahuan saya,  pendekatan ilm kalam beda dengan pendekatan tassawuf, pendekatan tassawuf-pun dengan pendekatan ilm syariat juga berbeda. Masing-masing memiliki pisau analisis atau landasan berpikir sendiri.Budaya mencoba merangkum dari berbagai pendekatan, karena budaya adalah cerminan atau ekspresi dari sistem nilai yang dianut oleh masyarakat.

Kadang kita mengalami kesulitan untuk menjelaskan fenomena budaya tersebut dengan hanya menggunakan satu pendekatan, apalagi dengan menegasikan pendekatan yang lainnya. Kadang kita lupa bahwa apa yang kita pegang hari ini adalah ekornya gajah, padahal masih ada kaki, belalai, kuping, perutnya.

Saya mencoba mafhum dengan cara berpikir Gus Atiq, Ust. Sire, Guru Romzie, Kyai Cecep, Abah

KH. NOER ALIE DAN EKONOMI


KH. NOER ALIE DAN EKONOMI
Cecep Maskanul Hakim

Tidak mudah menulis pemikiran seseorang yang telah wafat. Tidak mungkin misalnya melakukan wawancara. Apalagi yang bersangkutan tidak meninggalkan jejak berupa buku atau artikel di majalah dan koran. Yang tertinggal darinya hanyalah apa yang diceritakan orang lain tentangnya dan tidak bisa lagi dikonfirmasi.

Tapi tidak demikian halnya dengan KH. Noer Alie. Kiai yang amat popular di kalangan masyarakat Bekasi dan Jawa Barat ini, meskipun tidak meninggalkan tulisan, tapi ajarannya masih melegenda. Beliau telah menghadap Yang Kuasa, tapi kenangan dan cerita tentangnya begitu hidup di kalangan murid, sahabat dan bahkan cucu-muridnya. Hal ini dikarenakan pengabdian beliau yang nyaris tidak terhenti sepanjang hidupnya, terutama bagi perbaikan dan pengembangan masyarakat. Mulai dari keterlibatannya dalam revolusi fisik


Rabu, 02 Desember 2009

Administrator

Administrator Komunitas Blogger Attaqwa

Updating news   :   Cecepmh
                              Tokri
                              Sire
  

                            

                            


Kembali

Kontak

Sirojudin Mursan
    sirojudinmursan@gmail.com
Cecep Maskanul Hakim
    cecepmh@yahoo.com




Kembali

Related Posts with Thumbnails