Kamis, 03 Desember 2009

Maulid Nabi dan ponari (4)

Sependek  pengetahuan saya,  pendekatan ilm kalam beda dengan pendekatan tassawuf, pendekatan tassawuf-pun dengan pendekatan ilm syariat juga berbeda. Masing-masing memiliki pisau analisis atau landasan berpikir sendiri.Budaya mencoba merangkum dari berbagai pendekatan, karena budaya adalah cerminan atau ekspresi dari sistem nilai yang dianut oleh masyarakat.

Kadang kita mengalami kesulitan untuk menjelaskan fenomena budaya tersebut dengan hanya menggunakan satu pendekatan, apalagi dengan menegasikan pendekatan yang lainnya. Kadang kita lupa bahwa apa yang kita pegang hari ini adalah ekornya gajah, padahal masih ada kaki, belalai, kuping, perutnya.

Saya mencoba mafhum dengan cara berpikir Gus Atiq, Ust. Sire, Guru Romzie, Kyai Cecep, Abah
Saepudin, dan syekh-syekh yang lainnya, bahwa fenomena "ponari" idealnya kita lihat secara multidimensi. Karena itu berkaitan dengan sistem nilai, politik, ekonomi dan sosial, dimana masing-masing sistem berusaha untuk saling menguasai, kalau kata orang Gunung Kidul sana (Antonio Gramsci) disebut "hegemoni"

Dalam kajian ilm tassawuf sendiri, tassawuf memiliki tingkatan/maqom yang berbeda-beda dan dalam praktik ibadahnya-pun kadang tidak sama satu dengan lainnya, walaupun berbeda tetapi tetap bermuara pada  satu puncak atau jalan perennial (maqam al-mahmuda), atau kalaupun kita mau berdiskusi lebih dalam, baiknya kita berbicara tentang "ruh"-wanafakhtu min ruuhi, kenapa masing-masing kita memiliki potensi dalam diri yang berbeda-beda atau dalam istilah "kejawen" (daleman).


Kita hanya mencoba mencermati fenomena manusia, alam dan seisinya, dengan keterbatasan akal pikiran kita sebagai manusia. Toh kita-pun tidak tahu dimana batas akal itu. Artinya, hari ini kita dengan kapasitas kita sebagai manusia hanya mencoba memenuhi seruan Gusti Allah untuk memikirkan alam dan seisinya kala berbaring, duduk atau berdiri. Secara hakikat, apa yang kita lakukan hari ini sejatinya adalah sedang berdzikir sama posisinya dengan orang yang memutar tasbih (membaca aurad) ribuan kali.


Manusia hanyalah "laron laron" yang beterbangan mencari misykat.

Mudah-mudahan "nur Muhammad (MHMD)" slalu menerangi kita. Amin....

"Setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah"

Adang Ridwana  -mantan aktivis Bunga 21- 

Alumni Ponpes Attaqwa 2001(Salutt)




0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails